简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Catatan kelam broker forex merujuk pada berbagai insiden atau skandal negatif yang melibatkan broker forex, yang mempengaruhi reputasi mereka. Berikut adalah berita terkini terkait peretasan yang dilakukan oleh hacker terhadap platform trading dengan kerugian mencapai triliunan. Simak apakah broker favorit Anda pernah menjadi korban?
Catatan kelam broker forex merujuk pada berbagai insiden atau skandal negatif yang melibatkan broker forex, yang mempengaruhi reputasi mereka. Ini bisa mencakup berbagai masalah, seperti:
1. Penipuan: Beberapa broker terlibat dalam kegiatan penipuan, di mana mereka menawarkan janji keuntungan tinggi atau trading tanpa risiko, tetapi pada akhirnya mencuri dana klien.
2. Peretasan: Seperti kasus peretasan Bitfinex, di mana dana klien dicuri oleh peretas, dan juga broker lain seperti FBS yang mengalami kebocoran data pengguna.
3. Manipulasi Harga: Broker yang tidak jujur terkadang memanipulasi harga di platform mereka, membuat klien sulit menghasilkan profit atau bahkan kehilangan dana.
4. Lisensi yang Dicabut: Beberapa broker beroperasi tanpa lisensi yang sah, atau lisensi mereka dicabut oleh otoritas regulasi karena pelanggaran aturan. Misalnya, broker yang lisensinya ditarik karena melakukan operasi yang tidak sesuai dengan regulasi keuangan yang berlaku.
Catatan kelam ini biasanya menyebabkan broker kehilangan kepercayaan klien dan terkadang harus menghentikan operasinya. Hal ini menjadi peringatan bagi para trader untuk selalu berhati-hati dalam memilih broker yang teregulasi dan memiliki reputasi baik.
Pada tahun 2024, peretas utama yang bertanggung jawab atas peretasan platform trading Bitfinex yakni Ilya Lichtenstein, akhirnya dijatuhi hukuman lima tahun penjara setelah terbukti melakukan pencucian uang hasil peretasan tersebut. Bersama istrinya, Heather Morgan, Lichtenstein dituduh menggelapkan Bitcoin senilai $10,5 miliar atau senilai Rp166 triliun yang dicuri dalam insiden peretasan ini. Kasus ini tidak hanya mengejutkan dunia keuangan digital, tetapi juga membuka mata tentang kompleksitas kejahatan dunia maya di era modern.
Pada bulan Agustus 2016, platform perdagangan kripto Bitfinex mengalami serangan siber besar-besaran, yang menyebabkan hilangnya sekitar 120.000 Bitcoin dari dompet pengguna. Nilai dari Bitcoin yang dicuri pada saat itu berkisar sekitar $72 juta atau senilai Rp1,1 triliun, tetapi dengan peningkatan nilai Bitcoin selama bertahun-tahun, total kerugian melonjak hingga miliaran dolar.
Ilya Lichtenstein, seorang pengusaha teknologi yang beralih menjadi penjahat dunia maya, bersama dengan istrinya, Heather Morgan, berhasil memindahkan sebagian besar Bitcoin yang dicuri ke berbagai alamat dompet kripto dan melakukan pencucian uang melalui metode yang rumit.
Penggunaan teknologi blockchain oleh penegak hukum menjadi kunci utama dalam pelacakan dana yang dicuri. Peretas sering kali menggunakan platform kripto yang anonim untuk menyembunyikan jejak mereka, tetapi transaksi di blockchain dapat dilacak, yang akhirnya menjadi bukti kuat yang menghubungkan pasangan ini dengan kasus peretasan Bitfinex. Salah satu kesalahan fatal mereka adalah penggunaan gift card Walmart, yang memungkinkan pihak berwenang mengidentifikasi aktivitas mereka melalui email yang digunakan Heather Morgan.
Pada tahun 2022, Lichtenstein dan Morgan akhirnya ditangkap oleh pihak berwenang setelah penyelidikan selama bertahun-tahun. Menurut laporan, mereka hidup dalam gaya hidup yang terlihat biasa di San Francisco, sementara secara diam-diam menyembunyikan salah satu pencurian kripto terbesar yang pernah terjadi. Heather Morgan, yang juga dikenal sebagai rapper dengan nama panggung “Razzlekhan,” tidak hanya terlibat dalam pencucian uang tetapi juga membantu menyamarkan transaksi keuangan mereka.
Pengadilan mengungkapkan bahwa Lichtenstein adalah otak di balik peretasan ini, sementara Morgan dianggap sebagai pelaku tingkat bawah yang membantu tanpa sepenuhnya menyadari skala kejahatan yang dilakukan. Meskipun begitu, keduanya bertanggung jawab atas pencucian uang dari miliaran dolar Bitcoin yang dicuri. Dalam salah satu pernyataannya, jaksa menegaskan bahwa “kejahatan ini adalah contoh yang sempurna dari bagaimana dunia maya telah menjadi sarana baru untuk melakukan kejahatan berskala besar.”
Kasus ini menyoroti bagaimana teknologi blockchain, yang seharusnya memberikan keamanan dan transparansi, bisa menjadi sasaran empuk bagi para peretas yang cerdas. Namun, pada akhirnya, teknologi yang sama juga memungkinkan pihak berwenang melacak jejak uang digital yang digunakan oleh para pelaku kejahatan.
Beberapa broker forex besar juga pernah mengalami kasus peretasan yang menimbulkan kerugian signifikan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. FXCM (2015)
Pada tahun 2015, FXCM, salah satu broker forex terbesar di dunia, mengalami serangan cyber yang signifikan. Serangan ini menyebabkan akses tidak sah ke beberapa sistem FXCM, meskipun perusahaan mengklaim bahwa tidak ada dana klien yang dicuri. Sebagai langkah pencegahan, FXCM memperbarui keamanan mereka dan menekankan peningkatan langkah-langkah perlindungan terhadap serangan siber di masa depan.
2. Exness (2016)
Broker Exness, salah satu broker global terkemuka, pernah menjadi korban serangan peretasan pada tahun 2016. Serangan ini tidak dilaporkan secara luas, tetapi perusahaan tersebut mengakui adanya upaya serangan cyber dan mengaktifkan langkah-langkah keamanan yang lebih ketat untuk melindungi data pengguna dan dana. Tidak ada kerugian dana klien yang dilaporkan dalam insiden ini.
3. IC Markets (2020)
Pada tahun 2020, IC Markets, broker forex yang berbasis di Australia, mengalami serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang mengakibatkan platform trading mereka mengalami gangguan. Serangan DDoS tidak mencuri dana klien, tetapi sangat mengganggu perdagangan. IC Markets kemudian memperkuat infrastrukturnya untuk mencegah serangan serupa di masa depan.
4. Pepperstone (2018)
Pada tahun 2018, Pepperstone, broker forex yang berbasis di Australia, mengalami serangan siber yang menargetkan situs web mereka dan menyebabkan beberapa gangguan pada sistem mereka. Serangan ini tidak melibatkan pencurian dana, tetapi ada data pengguna yang terpapar. Pepperstone segera memperbaiki celah keamanan dan berfokus pada peningkatan keamanan data.
5. FBS (2021)
FBS, broker forex global dengan lebih dari 16 juta pengguna, mengalami pelanggaran data besar-besaran. Sebuah server yang tidak terlindungi mengungkapkan 20 TB data, termasuk informasi sensitif seperti nama, kata sandi, nomor paspor, dan transaksi keuangan dari penggunanya. Meskipun kerugian finansial langsung tidak diungkapkan, risiko penipuan dan serangan lebih lanjut sangat tinggi bagi para pengguna yang informasinya terekspos.
Insiden-insiden ini menekankan pentingnya keamanan yang ketat dalam industri forex, karena kebocoran atau peretasan data dapat berdampak besar pada kepercayaan pengguna dan potensi kerugian finansial.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Contek desain situs web HABIS - HABISAN ! Lebih parahnya lagi, platform penipuan forex MIC-Market juga "mencuri" data lisensi broker resmi Colmex Pro. Hari ini, 03-Desember-2024, Regulator berkompeten umumkan peringatan tentang entitas duplikasi yang BERBAHAYA tersebut.
Pendapatan VIBHS Financial, broker forex dan kontrak untuk perbedaan (CFD) yang berkantor pusat di London, anjlok sekitar 82% menjadi £93.469 dalam tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2024, menurut laporan Companies House baru-baru ini. Kerugian pialang tersebut juga meningkat menjadi £516.700, naik dari £226.047 pada tahun fiskal sebelumnya.
Pada minggu lalu, FINRA mengumumkan bahwa telah menjatuhkan sanksi hukuman denda kepada broker Tasty Trade milik IG Group. Perihal ini karena platform tersebut diduga lalai mematuhi aturan selama dua tahun terkait pengawasan terhadap 84 account milik 35 karyawan.
Lembaga regulator BAPPEBTI baru saja menerbitkan berita resmi tentang hasil Penilaian Berkala Pialang Berjangka berlisensi resmi di yurisdiksi Indonesia untuk periode Juli - September 2024 atau kuartal ke-3 tahun 2024. Langsung cek daftar rankingnya ! Broker forex favorit Anda ada di nomer berapa?